Suhu dan warna bintang
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Bintang
Pengertian
Bintang merupakan benda langit yang
memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu
adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan
cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang
menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar
angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (wikipedia).
Menurut ilmu astronomi, definisi
bintang adalah: Semua
benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan
pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. Oleh sebab
itu bintang katai putih dan bintang netron yang sudah tidak memancarkan cahaya
atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah
Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima
Centauri dalam rasi bintang Centaurus berjarak sekitar empat tahun cahaya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua benda langit yang dapat memancarkan cahaya
sendiri merupakan sebuah bintang.
Terbentuknya
bintang
Bahan baku pembentuk bintang adalah
nebula yaitu awan antar bintang. Hal ini bisa diamati pada bintang-bintang muda
di gugus Pleiades yang masih diselimuti nebula. Nebula, adalah kumpulan awan
luar angkasa yang terdiri dari debu, gas hidrogen dan energi plasma.Kerapatan
materi nebula sangat-sangat kecil dibandingkan udara disekitar kita yaitu hanya
10.000 atom per cm kubik.
Anggap
nebula berbentuk bola. Akibat gravitasi bagian dalam nebula, maka bagian
luarnya akan tertarik, mengerut dan memampat yang dinamakan sebagai kondensasi.
Pengerutan ini juga dipicu oleh gelombang kejut dari ledakan bintang di
sekitarnya. Akibatnya, tekanan dalam nebula meningkat dan melawan gravitasi.
Bila tekanan ini lebih besar dari gravitasi maka nebula akan tercerai-berai
kembali. Masalah lain adalah akibat kondensasi maka rotasi nebula akan
meningkat dikarenakan momentum sudut harus kekal. Semakin meningkat kondensasi
maka rotasi nebula kian cepat. Hal ini memunculkan masalah.
Agar gravitasi nebula melebihi
tekanannya maka massa nebula harus melebihi suatu harga kritis yang dinamakan
Massa Jeans, dari nama pakar fisika Sir James Jeans, yang berharga beberapa
ribu kali massa Matahari. Namun untuk terjadi kondensasi cukup diperlukan
nebula bermassa beberapa ratus kali massa Matahari. Karenanya dalam bola besar
nebula terjadi beberapa peristiwa “kondensasi kecil” yang dinamakan
fragmentasi.
Gambar 1. Nebula
Akhirnya suhu tiap “kondensasi
kecil” dalam bola nebula menjadi tinggi yang mengakibatkannya memijar menjadi
“embrio” bintang yang disebut protobintang. Pada saat ini, materi yang tembus
pancaran cahaya menjadi kedap sehingga energi yang semula bebas dipancarkan
keluar ketika terjadi pengerutan kini terhambat. Ujung-ujungnya, tekanan dan
suhu kian besar hingga proses pengerutan melambat dan fragmentasi terhenti.
Bintang akhirnya terbentuk setelah terjadi reaksi termonuklir di intinya dan
berada dalam kelompok-kelompok yang dinamakan gugus atau asosiasi bintang.
Jadi, bintang tidak terbentuk sendirian.
B. TITIK TERANG BINTANG
Secara tradisi kecerahan bintang
dinyatakan dalam satuan magnitudo. Kecerahan bintang yang kita amati, baik
menggunakan mata bugil maupun teleskop, dinyatakan oleh magnitudo tampak (m)
atau magnitudo semu. Secara tradisi magnitudo semu bintang yang dapat dilihat
oleh mata bugil dibagi dari 1 hingga 6, di mana satu ialah bintang paling
cerah, dan 6 sebagai bintang paling redup. Terdapat juga kecerahan yang diukur
secara mutlak, yang menyatakan kecerahan bintang sebenarnya. Kecerahan ini
dikenal sebagai magnitudo mutlak (M), dan terentang antara +26.0 sampai -26.5.
a. Spektrum Bintang dan
Temperatur Bintang
Dalam astronomi, bintang dikelompokkan
berdasarkan spektrumnya.
Pengelompokan
berdasarkan spektrum ini dilakukan karena spektrum bintang memberikan informasi
yang sangat banyak, mulai dari temperatur sampai unsur-unsur yang terdapat
dalam bintang.
Spektrum adalah hasil dari
pembiasan gelombang elektromagnetik (contohnya cahaya). Pada dasarnya cahaya
yang kita temukan sehari-hari - yang berwarna putih/bening - adalah gabungan
dari berbagai warna. Warna-warna ini yang menunjukkan tingkat energi: merah
menghasilkan energi yang paling rendah dan ungu menghasilkan energi paling
tinggi.
Pola
Spektrum
Pola spektrum bintang umumnya
berbeda-beda, pada tahun 1863 seorang astronom bernama Angelo Secchi
mengelompokan spektrum bintang dalam 4 golongan berdasarkan kemiripan susunan
garis spektrumnya. Miss A. Maury dari Harvard Observatory menemukan bahwa klasifikasi
Secchi dapat diurutkan secara kesinambungan hingga spektrum suatu bintang
dengan bintang urutan sebelumnya tidak berbeda banyak. Klasifikasi yang dibuat
oleh Miss Maury selanjutnya diperbaiki kembali oleh Miss Annie J. Cannon.
Hingga sekarang klasifikasi Miss Cannon ini digunakan.
Asisten-asisten Pickering,
Williamina Fleming, Annie Jump Cannon, Antonia Maury, dan Henrietta Swan
Leavitt kemudian memulai sebuah proyek skala besar pengklasifikasian spektrum
bintang. Antara 1911 dan 1949, 400.000 bintang didaftarkan ke dalam katalog
Henry Draper (dinamai menurut sang penyandang dana dan perintis penelitian
spektroskopi fotografi Amerika, Henry Draper). Para ‘gadis’ Harvard ini,
khususnya Cannon dan Maury, kemudian menyadari adanya sebuah keteraturan dalam
semua garis-garis spektral (tidak hanya hidrogen) jika penggolongan
bintang-bintang tersebut diurutkan menjadi O, B, A, F, G, K, M. Kelas lainnya
dihilangkan karena ditemukan bahwa beberapa di antaranya sebenarnya merupakan
kelas yang sama.
Pada mulanya urutan pola spektrum
ini diduga karena perbedaan susunan kimia atmosfer bintang. Tetapi kemudian
disadari bahwa urutan tersebut sebenarnya merupakan urutan temperatur permukaan
bintang, setelah pada tahun 1925, Cecilia Payne-Gaposchkin berhasil membuktikan
hubungan tersebut.
Berikut ini adalah daftar kelas
bintang dari yang paling panas hingga yang paling dingin (dengan massa, radius
dan luminositas dalam satuan Matahari) :
Tabel 1 : Rangkuman klasifikasi bintang
yang saat ini umum digunakan.
·
Kelas O
Bintang kelas O adalah bintang yang
paling panas, temperatur permukaannya lebih dari 25.000 Kelvin. Bintang deret
utama kelas O merupakan bintang yang nampak paling biru, walaupun sebenarnya
kebanyakan energinya dipancarkan pada panjang gelombang ungu dan ultraungu.
Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari atom Helium
yang terionisasi 1 kali (He II) dan karbon yang terionisasi dua kali (C III).
Garis-garis serapan dari ion lain juga terlihat, di antaranya yang berasal dari
ion-ion oksigen, nitrogen, dan silikon. Garis-garis Balmer Hidrogen (hidrogen
netral) tidak tampak karena hampir seluruh atom hidrogen berada dalam keadaan
terionisasi. Bintang deret utama kelas O sebenarnya adalah bintang paling
jarang di antara bintang deret utama lainnya (perbandingannya kira-kira 1
bintang kelas O di antara 32.000 bintang deret utama). Namun karena paling
terang, maka tidak terlalu sulit untuk menemukannya. Bintang kelas O bersinar
dengan energi 1 juta kali energi yang dihasilkan Matahari. Karena begitu masif,
bintang kelas O membakar bahan bakar hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga
merupakan jenis bintang yang pertama kali meninggalkan deret utama (lihat
Diagram Hertzsprung-Russell).
Contoh : Zeta Puppis
Contoh : Zeta Puppis
Gambar 3.
Spektrum dari bintang kelas
O5V
·
Kelas B
Bintang kelas B adalah bintang yang
cukup panas dengan temperatur permukaan antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan
berwarna putih-biru. Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal
dari atom Helium yang netral. Garis-garis Balmer untuk Hidrogen (hidrogen
netral) nampak lebih kuat dibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B
memiliki umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh dari
daerah dimana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul bersama dalam
sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat sekitar
0,13 % bintang kelas B.
Contoh :
Rigel, Spica
·
Kelas A
Bintang kelas A memiliki temperatur
permukaan antara 7.500 hingga 11.000 Kelvin dan berwarna putih. Karena tidak
terlalu panas maka atom-atom hidrogen di dalam atmosfernya berada dalam keadaan
netral sehingga garis-garis Balmer akan terlihat paling kuat pada kelas ini.
Beberapa garis serapan logam terionisasi, seperti magnesium, silikon, besi dan
kalsium yang terionisasi satu kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca II) juga tampak
dalam pola spektrumnya. Bintang kelas A kira-kira hanya 0.63% dari seluruh
populasi bintang deret utama.
Contoh :
Vega, Sirius
Bintang Sirius
·
Kelas F
Bintang kelas F memiliki temperatur
permukaan 6000 hingga 7500 Kelvin, berwarna putih-kuning. Spektrumnya memiliki
pola garis-garis Balmer yang lebih lemah daripada bintang kelas A. Beberapa
garis serapan logam terionisasi, seperti Fe II dan Ca II dan logam netral
seperti besi netral (Fe I) mulai tampak. Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari
seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh :
Canopus, Procyon
Spektrum dari bintang kelas F2III
·
Kelas G
Bintang kelas G barangkali adalah
yang paling banyak dipelajari karena Matahari adalah bintang kelas ini. Bintang
kelas G memiliki temperatur permukaan antara 5000 hingga 6000 Kelvin dan
berwarna kuning. Garis-garis Balmer pada bintang kelas ini lebih lemah daripada
bintang kelas F, tetapi garis-garis ion logam dan logam netral semakin menguat.
Profil spektrum paling terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis
Fraunhofer. Bintang kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang
deret utama.
Gambar 7.
Spektrum dari bintang kelas G5III
·
Kelas K
Bintang kelas K berwarna jingga
memiliki temperatur sedikit lebih dingin daripada bintang sekelas Matahari,
yaitu antara 3500 hingga 5000 Kelvin. Alpha Centauri B adalah bintang deret
utama kelas ini. Beberapa bintang kelas K adalah raksasa dan maharaksasa,
seperti misalnya Arcturus. Bintang kelas K memiliki garis-garis Balmer yang
sangat lemah. Garis-garis logam netral tampak lebih kuat daripada bintang kelas
G. Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) mulai tampak. Bintang kelas K
adalah sekitar 13% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh :
Alpha Centauri B, Arcturus, Aldebaran
Spektrum dari bintang kelas K4III
·
Kelas M
Bintang kelas M adalah bintang
dengan populasi paling banyak. Bintang ini berwarna merah dengan temperatur
permukaan lebih rendah daripada 3500 Kelvin. Semua katai merah adalah bintang
kelas ini. Proxima Centauri adalah salah satu contoh bintang deret utama kelas
M. Kebanyakan bintang yang berada dalam fase raksasa dan maharaksasa, seperti
Antares dan Betelgeuse merupakan kelas ini. Garis-garis serapan di dalam
spektrum bintang kelas M terutama berasal dari logam netral. Garis-garis Balmer
hampir tidak tampak. Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas
terlihat. Bintang kelas M adalah sekitar 78% dari seluruh populasi bintang
deret utama.
Contoh :
Proxima Centauri, Antares, Betelgeuse
Semakin tinggi garis vertikalnya
berarti luminositasnya kian besar dan ternyata ukuran bintang juga semakin
besar. Sedangkan pada garis horizontal, semakin ke kiri ke arah O, maka
temperatur permukaan makin tinggi. Ternyata sebagian besar bintang menempati
daerah pada posisi diagonal dari kiri atas ke kanan bawah yang dinamakan
sebagai deret utama. Hal ini dikarenakan ketika reaksi termonuklir terjadi saat
itulah proto bintang ( tahap praderet-utama) berubah menjadi bintang (tahap
deret utama umur nol) dan akan mengalami masa paling stabil dalam hidupnya.
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dibagi lagi dalam subkelas, yaitu (1) B0, B1, B2, B3, . . . . . . . . ., B9; (2) A0, A1, A2, A3, . . . . . . . . ., A9; (3) F0, F1, F2, F3, . . . . . . . . . ., F9. Semakin besar angka yang menyatakan menunjukkan suhu bintang semakin rendah pula. Pengunaan subkelas ini dimaksudkan agar pengklasifikasian spektrum bintang menjadi lebih spesifik sehingga lebih jelas dan tepat.
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dibagi lagi dalam subkelas, yaitu (1) B0, B1, B2, B3, . . . . . . . . ., B9; (2) A0, A1, A2, A3, . . . . . . . . ., A9; (3) F0, F1, F2, F3, . . . . . . . . . ., F9. Semakin besar angka yang menyatakan menunjukkan suhu bintang semakin rendah pula. Pengunaan subkelas ini dimaksudkan agar pengklasifikasian spektrum bintang menjadi lebih spesifik sehingga lebih jelas dan tepat.
Gambar 11. Spektrum bintang dari berbagai
kelas spectrum
Pengamatan spektrum bintang-bintang
lain ternyata menunjukkan perilaku yang sama: bintang juga merupakan sebuah
benda hitam dan memancarkan radiasi elektromagnetik. Namun, temperatur
permukaan bintang berbeda-beda. Ada yang lebih panas dari matahari, ada pula
yang lebih dingin dari matahari. Walaupun demikian, semua bintang yang kita
amati berlaku seperti sebuah benda hitam. Dari pengamatan spektrum matahari dan
bintang-bintang lain inilah kita dapat menyimpulkan bahwa bintang-bintang yang
kita amati di langit malam itu sebenarnya adalah matahari-matahari lain yang
letaknya teramat sangat jauh sehingga sinarnya demikian redup bila dibandingkan
dengan matahari yang lebih dekat. Karena sekarang kita sudah tahu bahwa bintang
adalah objek yang sama dengan matahari kita, maka bintang-bintang lain pun
dapat kita anggap pula sebagai sebuah bola gas yang berada dalam kesetimbangan
hidrostatik. Apa yang kita ketahui tentang kesetimbangan matahari dapat kita
terapkan pula pada bintang.
b b. Hukum Pancaran
Untuk memahami
sifat pancaran suatu benda kita hipotesakan suatu pemancar sempurna yang
disebut benda hitam (black body)
Pada keadaan kesetimbangan termal, temperatur benda hanya ditentukan oleh
jumlah energi yang diserapnya perdetik. Suatu benda hitam tidak memancarkan
seluruh gelombang elektromagnet secara merata. Benda hitam bisa memancarkan
cahaya biru lebih banyak dibandingkan dengan cahaya merah, atau sebaliknya.
Menurut Max Planck (1858 – 1947), suatu benda hitam yang temperaturnya T
akan memancarkan energi berpanjang gelombang antara
dan
+d
dengan intensitas spesifik
sebesar
......................... (1-1)
Persamaan (1-1)
disebut juga sebagai Fungsi Planck
Bl (T) = Intensitas
spesifik (I) = Jumlah
energi yang mengalir pada arah tegak lurus permukaan per cm2 per detik, per
steradian
h = Tetapan Planck = 6,625 x 10-27 erg det
k = Tetapan Boltzmann = 1,380 x 10-16 erg/ oK
c = Kecepatan cahaya = 2,998 x 1010 cm/det
T = Temperatur dalam derajat Kelvin (oK)
Apabila dinyatakan dalam frekuensi fungsi Planck menjadi :
......................... (1-2)
Distribusi energi menurut panjang gelombang (Spektrum Benda Hitam)
Intensitas
spesifik benda hitam sebagai fungsi panjang gelombang
|
Panjang gelombang maksimum (lmaks) pancaran benda hitam dapat ditentukan dengan
menggunakan Hukum Wien yaitu
menggunakan Hukum Wien yaitu
................................... (1-3)
lmaks dinyatakan dalam cm dan T
dalam derajat Kelvin
Hukum Wien ini menyatakan bahwa makin tinggi temperatur suatu benda
hitam, makin pendek
panjang gelombangnya
panjang gelombangnya
Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala bahwa bintang yang
temperaturnya tinggi akan
tampak berwarna biru, sedangkan yang temperatur-nya rendah tampak berwarna merah.
tampak berwarna biru, sedangkan yang temperatur-nya rendah tampak berwarna merah.
Misal untuk suhu
sebesar 8000 K, maka besar panjang gelombangnya adalah:
= 3,62 x10-5 cm.
Contoh :
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa puncak spektrum bintang A dan
bintang B masing-masing
berada pada panjang gelombang 0,35 mm dan 0,56 mm. Tentukanlah bintang mana yang lebih
panas dan seberapa besar perbedaan temperaturnya
berada pada panjang gelombang 0,35 mm dan 0,56 mm. Tentukanlah bintang mana yang lebih
panas dan seberapa besar perbedaan temperaturnya
Jawab :
= 0,35 mm ,
= 0,56 mm
---------
Jadi bintang A
mempunyai
lebih pendek daripada bintang B. Menurut hukum
Wien, bintang A
lebih panas daripada bintang B
lebih panas daripada bintang B
Untuk bintang A :
Untuk bintang B :
Jadi temperatur bintang A lebih panas 1,6 kali daripada temperatur
bintang B
Cara lain :
Untuk bintang A:
Untuk bintang B:
Maka :
Energi total yang dipancarkan benda hitam dapat ditentukan dengan
mengintegrasikan persamaan
(I-1)
(I-1)
Persamaan ini merupakan Hukum Stefan-Boltzmann, di mana
dan
merupakan konstanta Stefan-Boltzmann
Oleh karena itu semua hukum-hukum yang berlaku pada benda hitam, berlaku
juga untuk bintang.
Komentar